2.1 AWAL MULA KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN
Pada waktu islam
berkembang diseluruh kepulauaan indonesia kerajaan majapahit hindu diperintah
oleh brawija putera angka wijaya, yang kemudian mengalami keruntuhan raja yang
dirobohkan kerajaan majapahit ialah raden patah dengan delapan menterinya
yaitu sunan
ngampel.sunan giri.sunan drajat, sunan gunung jati. Sunan kudus, ngundung dan
sunan demak. Mulai itulah agama islam disebar diseluruh indonesia . yang
menjadi islam sesungguhnya adalah haji purwa putera brawijaya maesa
tandrana dan lari ke cirebon. Dicirebon agama islam disebarkan oleh syech
bin maulana malik syech ibrahim yang bergelar sultan gunung jati.
Sedang kan kerajaan
isalam dikalimantan ada dibanjarmasin sejak pangeran samudra
atau pangeran suriansyah alias maruhum ialah: 1. (kerajaan banjar masin
tahun 1540 dalam pemerintahan pangeran samudra (yang kemudian di islamkan
bernama pangeran suriansyah atau maruhum); (2) kota waringin tahun1620.
Sultannya yang pertama ratu bagawan; (3) pasir (tanah grogot) tahun 1600.
Didirikan oleh orang arab yamg menikah dengan seorang puteri sultan
(puteri petung); (4) kutei (kutai) tahun 1600. Diperintah oleh raka
mahkota; (5) berau dan bulongan tahun 1700, diperintah oleh raja adipati ; (6)
pontianak tahun 1450; (7) matan tahun 1743, didirikan oleh seorang arab bernama
syarif husin; dan (8) mempawa tahun 1750, juga oleh seorang arab bernama syarif
husin.
Mula-mula kerajaan
hindu berperang dengan kerajaa islam, tetapi akhirnya kerajaan hindu menyerah ,
yaitu kerajaan hindu dicandi laras dan candi agung juga ditanjung
pura dan lain-lain. Sebagian rakyat memeluk agama islam termasuk sebagian
rakyat dayak dipantai-pantai. Rakyat dayak yang telah masuk islam , ialah yang
sering disebut sebagai dayak melayu, yang kebanyakkan di kuala kapuas ,
tumpung laung (barito) dan beberapa kampung melayu, sebenarnya mereka tetap
suku dayak , hanya sudah memeluk agama islam.
Pangeran samudra
(suriansyah) pernah meminta seorang puteri bernama biang lawai untuk dijadikan
istri. Biang lawai, adalah adik patih dadar, patih muhur, dan mengijin
perkawinan, hanya dengan perjanjian tidak akan di islamkan.mula-mula oleh
pangeran samudra, disanggupi, tetapi sesudah sampai istana, putri itu
dikabarkan diislamkan. Kabar tersebut sampai kepada patih muhur bersaudara,
menimbulkan amarah patih rumbih dari kahayan , patih muhur dari bakumpai
(barito)dengan ilmu gaib, berhasil merampas saudaranya kembali, biang lawai,
dari istana sultan dan dibawanya kesungai katan.
Pangeran samudra memerintah balatentaranya untuk
mencari perempuan tersebutdipedelaman. Tetapi karena balatentara patihn muhur
sangat hebat, maka mundur lah balatentara sultan.
Patih muhur dan
patih rumbih mundur dan membuat pertahanandi taliu dikampung tundai. Sesudah
itu mereka mundur lagi membuat pertahanan didanau karam bersebrangan dengan
negeri goha kahayan. Mereka menyebrangi danau tersebut dan dipasang dundang,
bambu yang diruncingkan dibawah jembatans ehingga sewktu-wktu
jembatan tersebut dapat diputuskan jika balatentara sultan lewatatas
jembatan dan luka-luka terkena bambu yang diruncingkan dibawahnya.
Perahu-perahu mereka dapat dirampas oleh patih rumbih ditengelamkan .
sekarang tempat tersebut dinamai berayar yang artinay “berlayar”.
Diantara tempat
pertempuran-pertempuran tersebut dengan bentengnya ialah sungai muhur (barito),
parabingan, (pangkoh) bukit rawi, tewang pajagen, tewah, hulu kaspuas dan
lain-lain.
Tentang tersebarnya
agama islam dari banten kedaerah kalimantan dapat kita baca artikel
kerajaan islam dari banten di karang an R. Muchtadi dalam almanak muhamadyah
1357 H (1938) hlm. 166 dan 169, antara lain ditulis : aliudin sultan banten
bergelar abu mufakir muhamad aliudin, dia beramah tamah dengan kompeni, dan
mendapat kebebasan sisa utang kerajaan banten sebanyak 60.000 ringgit, bekas
menempuh landak (tahun 1698 ditentukan , bahwa landak dan sukadana diserahkan
pada kompeni. Daerah pantai barat kalimantan diperintah oleh sultan abdurahman
yang mendirikan kota pontianak.
Sultan muhamad
aliudin hanya berputera seorang saja dan meninggal ketika masih kanak-kanak
tahun1786. Sultan zainal abidin dari banten memasuki landak, matan. Tahun 1699.
Kapal kompeni /VOC dan 75 pecalang banten berlayar kesukadana diperintahkan
oleh sultan agung (pangeran agung), keponakan sultan banten yang bergelar
panebahan.
Sultan landak
didibantu oleh orang bugis dapat merebut kembali daerahnaya . sehingga
panebahan dapat dipukul mundur , dengan keluarganya melarikan diri ke anyer
(banten). Landak dipegaruhiselama 80 tahun (1699-1778).
2.2 Kerajaan islam di kalimantan
A. Kesultanan
Pasir
Dahulunya rakyat dayak pasir, diperintahkan oleh
kepala-kepala dari rakyat dayak sendiri . ada seorang kepala suku dayak yang
sangat berpengaruh , yang bernama tamanggung tokio, mengusulkan agar didaerah
daerah dikepali oleh sorang kepala suku dan untuk itu diminta sultan yang dekat
tempat tinggalnya. Mereka telah berangkat dengan perahu yang penuh
bermuatan emas dan perak, yang dianugrahkan kepada nya kepada raja yang
baru , mereka telah pergi ke utara dan selatan, tetapi tak ada mendapat
seorangpun yang dipandang cakap. Tamanggung tokio sangatlah sedih sampai tidak
minum dan makan , kemudian dalam mimpinya ia melihat seorang tua yang berkata
kepadanya:
Untuk mendapat raja, baiklah engkau pergi kelaut, dan
disitu engkau memperoleh sepotong bambu, yang ruasnya tarapung apung
dilaut ambilah bambu itu, dan bungkuslah dengan sutra kuning, karena
didalam bambu itu ada sebutir telur yang harus dirabun diberi asap dupa, menyan
dan garu. Dan dari telur itu nanti akan dilahirkan seorang raja perempuan.
Pada esokkan harinya sesudah dia bangun, tamanggung
tokio menuruti pesan perempuan dalam mimpinya . sesudah 3 hari 3 malam telur
itu didupakan, maka terbelah dua lah buluh itu dan dari telur itu pecah pula
dan dilahirkan seorang bayi puteriyang cantik jelita. Anak itu sama sekali
tidak mampu menyusu, setelah berusaha dapatlah ia diberi makanan dengan susu
kerbau putih: lambat laun menjadi akil balig.
Puteri inilah yang diangkat jadi raja *(ratu pasir) ,
dan waktu ia berumur 15 tahun ia telah dinikahnkan , tetapi malang sekali
ia tidak mendapat keturunan sihingga harus diceraikan beberapa kali.
Seterusnya sesudah kawin yang ketujuh kali , belum
juga mempunyai anak, kebetulan datang lah seorang arab dari jawa (gresik),
terus dikawin kan dengan sang puteri . orang yang dari gresik tersebut
dicarinya dukun agar membuang sari bambu yang ada pada sang puteri sehingga
bisa melahirkan 2 puteri dan satu putera. Puetri yang tertua dikawinkan dengan
seorang arab yang membawa agama islam dipasir (1600). Yang putera sesudah
ibunda mangkat, mengantikan duduk disingasana. Inilah cerita ringkas dari raja
pasir, yang berasal dari sebutir telur dan bersuamikan putera arab dari jawa.
B.Kesultanan Banjar (1526-1905).
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri 1520, masuk Islam 24 September 1526, dihapuskan Belanda 11 Juni 1860, pemerintahan darurat/pelarian berakhir 24 Januari 1905) adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.
Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.
C.Kesultanan Kotawaringin
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri 1520, masuk Islam 24 September 1526, dihapuskan Belanda 11 Juni 1860, pemerintahan darurat/pelarian berakhir 24 Januari 1905) adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.
Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.
C.Kesultanan Kotawaringin
Kerajaan Kotawaringin adalah sebuah kerajaan
Islam (kepangeranan cabang Kesultanan Banjar) di wilayah yang menjadi Kabupaten
Kotawaringin Barat saat ini di Kalimantan Tengah yang menurut catatan istana
al-Nursari (terletak di Kotawaringin Lama) didirikan pada tahun 1615 atau 1530,
dan Belanda pertama kali melakukan kontrak dengan Kotawaringin pada 1637, tahun
ini dianggap sebagai tahun berdirinya sesuai dengan Hikayat Banjar dan
Kotawaringin (Hikayat Banjar versi I) yang bagian terakhirnya saja ditulis
tahun 1663 dan di antara isinya tentang berdirinya Kerajaan Kotawaringin pada
masa Sultan Mustain Billah. Pada mulanya Kotawaringin merupakan keadipatian
yang dipimpin oleh Dipati Ngganding.
Kerajaan Pagatan (1750). Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah aliran sungai Kusan, sekarang wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Wilayah Tanah Kusan bertetangga dengan wilayah kerajaan Tanah Bumbu (yang terdiri atas negeri-negeri: Batu Licin, Cantung, Buntar Laut, Bangkalaan, Tjingal, Manunggul, Sampanahan).
D.Kesultanan Sambas (1675)
Kerajaan Pagatan (1750). Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah aliran sungai Kusan, sekarang wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Wilayah Tanah Kusan bertetangga dengan wilayah kerajaan Tanah Bumbu (yang terdiri atas negeri-negeri: Batu Licin, Cantung, Buntar Laut, Bangkalaan, Tjingal, Manunggul, Sampanahan).
D.Kesultanan Sambas (1675)
Kesultanan Sambas adalah kesultanan yang
terletak di wilayah pesisir utara Propinsi Kalimantan Barat atau wilayah barat
laut Pulau Borneo (Kalimantan)dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota
Sambas sekarang. Kesultanan Sambas adalah penerus dari kerajaan-kerajaan Sambas
sebelumnya. Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo atau Kalimantan ini
telah ada paling tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam
Kitab Negara Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu Rajanya mempunyai gelaran
"Nek" yaitu salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh,
pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang
terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian
dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah
Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi. Pada masa kekosongan
pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M
(1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari 500 orang)
yang diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu melarikan diri
dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan Kesultanan
Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono.
E.Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir pada 1960. Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton. Dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II pada tanggal 22 September 2001.
F.Kesultanan Berau (1400).
Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Berau sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-14 dengan raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat pemerintahannya berada di Sungai Lati, Kecamatan Gunung Tabur.[3] Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung.Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8
G.Kesultanan Sambaliung (1810).
Kesultanan Sambaliung adalah kesultanan hasil dari pemecahan Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Sultan Sambaliung pertama adalah Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah keturunan dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama Pangeran Tua dan satunya lagi bernama Pangeran Dipati. Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang menimbulkan insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma. Raja Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan ibukota kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810. (Tanjung Batu Putih kemudian menjadi kerajaan Sambaliung).
H.Kesultanan Gunung Tabur (1820).
Kesultanan Gunung Tabur adalah kerajaan yang
merupakan hasil pemecahan dari Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi
dua, yaitu Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an.
Kesultanan ini sekarang terletak dalam wilayah kecamatan Gunung Tabur,
Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur.
I.Kesultanan Pontianak (1771).
Kesultanan Kadriah Pontianak didirikan pada tahun 1771 oleh penjelajah dari Arab Hadramaut yang dipimpin oleh al-Sayyid Syarif 'Abdurrahman al-Kadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha. Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Panembahan Mempawah dan kedua dengan putri Kesultanan Banjarmasin (Ratu Syarif Abdul Rahman, puteri dari Sultan Sepuh Tamjidullah I).Setelah mereka mendapatkan tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadariah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779.
J.Kerajaan Tidung
Kesultanan Kadriah Pontianak didirikan pada tahun 1771 oleh penjelajah dari Arab Hadramaut yang dipimpin oleh al-Sayyid Syarif 'Abdurrahman al-Kadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha. Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Panembahan Mempawah dan kedua dengan putri Kesultanan Banjarmasin (Ratu Syarif Abdul Rahman, puteri dari Sultan Sepuh Tamjidullah I).Setelah mereka mendapatkan tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadariah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779.
J.Kerajaan Tidung
Kerajaan
Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah
kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utara Kalimantan Timur, yang
berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu.
K.Kesultanan Bulungan(1731).
Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan sekarang. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1731, dengan raja pertama bernama Wira Amir gelar Amiril Mukminin (1731–1777), dan Raja Kesultanan Bulungan yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958).
K.Kesultanan Bulungan(1731).
Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan sekarang. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1731, dengan raja pertama bernama Wira Amir gelar Amiril Mukminin (1731–1777), dan Raja Kesultanan Bulungan yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958).
2.3 peninggalan sejarah kerajaan islam di kalimantan
1.Keraton Kadriah
(kota Pontianak)
Keraton Kadriah
Pontianak merupakan pusat pemerintahan Pontianak tempo dulu, struktur bangunannya
terbuat dari kayu yang sangat kokoh, didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman
Alqadrie pada tahun 1771. keraton ini memberikan daya tarik khusus bagi para
pengunjung dengan banyaknya artefak atau benda-benda bersejarah seperti beragam
perhiasan yang digunakan secara turun-temurun sejak jaman dahulu. Di samping
itu, koleksi tahta, meriam, benda-benda kuno, barang pecah belah dan foto
keluarga yang telah mulai pudar, menggambarkan kehidupan dan kejayaan kerajaan
ini dimasa lampau.
2.Keraton Amantubillah (Pontianak)
Mempawah, memilki
beragam potensi wisata. Selain event tahunan berupa acara robo-robo, mempawah
juga memilki istana Amantubillah, seni budaya, dan beragam kuliner khas
mempawah. Nama Istana “Amantubillah” mempunyai arti, “Aku beriman kepada Allah”. Istana
yang didominasi oleh warna hijau ini menempatkan tulisan “ Mempawah harus maju, malu dengan adat” pada pintu gerbang istana
3.Keraton
Ismahayana (Kab. Landak)
Keraton Ismahayana Landak terletak sekitar
50 meter disebelah barat sungai pinyuh yang membelah kota ngabang. Istana ini
berupa rumah panggung khas melayu Kalimantan Barat yang memanjang kebelakang
dengan fondasi, lantai dan dinding, serta atap sirap dari kayu belian sebagai
bahan utamanya. Terdapat beberapa koleksi peninggalan Kesultanan Landak yang
tergolong sebagai warisan budaya dan sejarah, diantaranya mahkota Sultan
Landak, keris “si kanyut”, sepasang
pedang sakti, tempat tidur panembahan dan istrinya, duplikat payung kebesaran
Sultan, dua kipas raja, seperangkat gamelan, dan Al-Quran kuno. Selain itu, ada
juga artefak-artefak lain seperti meriam “si penyuk” dan empat buah meriam lainnya, lontar silsilah raja
dan sejarah singkat Kesultanan Landak, foto-foto keluarga raja, bendera
Kesultanan, serta perlengkapan upacara perkawinan adat berupa timbangan kayu.
4.Keraton
Surya Negara (Kab. Sanggau)
Dearah yang dikenal dengan julukan Bumi
Daranante ini memilki banyak keunikan. Baik beragam kekayaan alam, sejarah
maupun pesona budaya daerahnya. Seiring peradaban manusia, Kabupaten Sanggau
juga mempunyai peninggalan kebudayaan jaman keemasan masyarakat sanggau tempo
dulu. Ditandai dengan terdapatnya Keraton Surya Negara. Dari sejarah
kerajaan sanggau memerintah pada abad ke-18 dengan rajanya bergelar
“Panembahan”. Catatan seharah menyebutkan bahwa pertama kali Kerjaan Sanggau
didirikan oleh Daranante. Dia bukan asli Sanggau, namun berasal dari Kabupaten
Ketapang. Daranante kemudian menikah dengan Babai Cingak darui suku dayak
Sanggau
5.Keraton
Matan (Kab. Ketapang)
Matan yang berarti “Tanah
Keselamatan” merupakan kerajaan yang memilki sejarah panjang. Kerajaan
Matan ini merupakan saksi bisu perjalanan sejarah masyarakat dan pemerintah
Kabupaten Ketapang. Sekaligus dinasti terakhir Kerajaan Tanjungpura beragama hindu
yang pernah berdiri sejak abad 9. baru setelah tahun 1451 raja-raja Tanjungpura
memeluk agama islam dengan nama Kerajaan Matan yang dipimpin raja pertama
bercirikan islam yakni pangeran Giri Kusuma. Koleksi unik terdapat di keraton
ini adalah Meriam “Padam Pelita” dan sepasang tempayan bersejarah.
6.Rumah
Melayu (Kab. Ketapang)
Pada
arsitektur traditional melayu terkandung nilai budaya yang tinggi. Hal ini
terlihat dari bentuk bubungan yang tidak lurus. Tetapi agak mencuat ke kanan
dan ke kiri. Dapat disimpulkan bahwa para ahli pembuat rumah melayu jaman
dahulu telah memikirkan faktor keindahan pada bubungan rumah yang mereka diami.
Letak rumah melayu pada jaman dahulu menghadap ke arah matahari terbit. Ini
berarti mengharapkan berkah dan rahmat seperti halnya matahari pagi yang
bersinar cerah.
7.Keraton
Al Mukarramah (Kab.Sintang)
seorang belanda. Sampai saat ini kompleks
Istana Sintang masih terawat dengan baik. Dihalaman istana, terdapat sebuah
meriam dan situs batu kundur, yaitu sebuah batu peninggalan Demong Irawan
sebagai lambang berdirinya Kerajaan Sintang. Di serambi depan istana terpajang
salinan Undang-undang Adat Kerajaan Sintang yang terbuat pada masa pemerintahan
Sultan Nata (disalin ulang pada tahun 1939) serta silsilah raja-raja yang
pernah memerintah Kerajaan Sintang. Sedangkan pada bangunan sisi barat dan
timur tersimpan koleksi meriam, naskah Al-Quran tulisan tangan pada masa Sultan Nata.
8.Keraton
Alwatzikhoebillah (Kab. Sambas)
Kuno tapi terawat dengan baik. Hijau dan sejuk.
Begitulah kira-kira kesan yang muncul ketika menginjakkan aki di istana
Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas ini, bangunan istana didominasi dengan
warna kuning sebagai warna khas melayu yang melambangkan kewibawaan dan
keluhuran budi pekerti. Terdapat pula bekas kolam pemandian keluarga sultan di
samping kanan istana dan rumah kediaman keluarga sultan yang berada di
belakang istana. Pada sore hari, pengunjung akan berdecak kagum melihat pesona
istana ini yang eksotik, apalagi di lihat dari atas perahu yang berjalan
perlahan-perlahan di atas Sungai Sambas Kecil.
9.Rumah
Adat Dayak Sebujit (Kab. Bengkayang)
Rumah adat dayak sebujit yang bernama “Balug”
ini terletak di kampung sebujit kecamatan siding Kabupaten Bengkayang
Kalimantan Barat ini merupakan rumah adat dayak yang dimilki suku dayak
Bidayuh. Khasanah masyarakat dayak bidayuh menggambarkan kebersamaan dan sangat
menghormati setiap tamu yang datang. Benda-benda pusaka masih tetap menjadi
simbol keperkasaan dan manjadi kebanggan masyarakat sebagai peninggalan leluhur
yang harus tetap dijaga dan dihormati, sehingga ritual upacara adat tetap
dilaksanakan setiap tahunnya. Salah satu upacara yang dikenal adalah upacara nyobeng
yaitu upacara memandikan tengkorak manusia untuk keselamatan kampung dari
bencana maupun malapetaka yang mungkin akan datang juga sebagai simbol
penghormatan terhadap roh leluhur.
10.Bangunan
Leluhur Marga Chia Hiap Sin (Kota Singkawang)
Sebuah bangunan ala Tiongkok kuno terletak
di belakang deretan bangunan ruko baru Jl. Budi Utomo, Singkawang. Tepatnya
rumah no. 37 ini berada di ujung jalan menuju tepi sungai. Bangunan ini tampak
masih kokoh berdiri selama ratusan tahun hingga sekarang. Bentuknya yang mirip “Si he yuan” (bangunan khas
Tiongkok Utara) ini justru memberikan kesan bersahaja dan sedikit kesuraman
karena terkikis hantaman cuaca selama ratusan tahun. Namun, rumah besar Hiap
Sin ini merupakan bangunan ala kombinasi timur barat satu-satunya yang tertua
dan masih berdiri kokoh di Singkawang.
11.Rumah
Betang ( Rumah Adat Dayak KaLBar)
Budaya Betang merupakan cerminan mengenai
kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini
setiap kehidupan individu dalam rumah tangga da masyarakat secara sistematis
diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan
bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka duka maupun
mobilitas tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam
kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para
warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka
miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai
suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang
sosial.
8 komentar:
nice
Sangat membantu! terimakasih
makasih banyak nice (y)
terimakasih nice!(y)
makasih ini sangat membantu :* :* :* :* :*
makasih.... :D
Posting Komentar